1. Pengendara
sepatutnya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan kelompok yang beranggota
lebih sedikit mengucapkan salam kepada kelompok yang beranggota lebih
banyak
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seorang pengendara
hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan
salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit
mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak. (Shahih Muslim
No.4019)
2. Di antara hak
muslim terhadap muslim lain adalah menjawab salam
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi
seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang
yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah.
(Shahih Muslim No.4022)
3. Larangan
memulai salam kepada Ahli Kitab dan cara menjawab salam mereka
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila Ahli Kitab mengucapkan
salam kepadamu, maka jawablah: Wa`alaikum. (Shahih Muslim No.4024)
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang Yahudi
itu bila mengucapkan salam kepada kalian mereka mengucapkan: "Assaamu `alaikum"
(kematian atas kalian), maka jawablah dengan: "Wa`alaka" (semoga menipa kamu).
(Shahih Muslim No.4026)
-
Hadis riwayat
Aisyah ra.:
Sekelompok orang Yahudi meminta izin untuk menemui Rasulullah
saw. lalu mereka mengucapkan: "Assaamu `alaikum" (kematian atas kalian). Aisyah
menyahut: "Bal `alaikumus saam" (sebaliknya semoga kalianlah yang mendapatkan
kematian). Rasulullah saw. menegur: Hai Aisyah, Sesungguhnya Allah menyukai
keramahan dalam segala hal. Aisyah berkata: Tidakkah engkau mendengar apa yang
mereka ucapkan? Rasulullah saw. bersabda: Aku telah menjawab: "Wa `alakum"
(semoga menimpa kalian). (Shahih Muslim No.4027)
4. Mengucapkan
salam kepada anak kecil
5. Wanita boleh
keluar untuk memenuhi kebutuhan manusia
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Saudah keluar setelah diwajibkan hijab atasnya untuk
memenuhi suatu keperluannya. Dia adalah seorang wanita yang bertubuh besar
melebihi wanita-wanita yang lain sehingga mudah dibedakan bagi orang
mengenalnya. Kemudian Umar bin Khathab melihatnya lalu berkata: Hai Saudah! Demi
Allah, bagaimanapun kamu pasti kami kenali maka perhatikanlah cara kamu keluar
rumah! Ia melanjutkan: Lalu berbaliklah Saudah untuk segera pulang sementara
Rasulullah saw. berada di rumahku sedang menyantap makan malam dengan tulang
yang masih di tangannya. Ketika itulah Saudah masuk dan mengadu: Ya Rasulullah!
Aku baru saja keluar. Lalu Umar bin Khathab menegurku begini dan begini. Ia
melanjutkan (Aisyah): Kemudian diwahyukan kepada Rasulullah saw. (ayat ke 59
surat Al-Ahzab) pada saat tulang masih berada di tangan beliau yang belum beliau
letakkan. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian,
kaum wanita, untuk keluar memenuhi keperluan kalian. (Shahih Muslim
No.4034)
6. Haram
berduaan dengan lawan jenis dan menemuinya
7. Menerangkan
bahwa bagi orang yang terlihat berduaan dengan seorang perempuan sedangkan
perempuan itu adalah istrinya atau muhrimnya disunatkan mengatakan "ini Fulanah"
untuk menghindari prasangka buruk terhadapnya
-
Hadis riwayat
Shafiyah binti Huyaiy ra., ia berkata:
Suatu malam ketika Nabi saw. sedang
beriktikaf, aku datang mengunjungi beliau untuk mengajak bicara. Setelah itu aku
pun bangkit berdiri untuk pulang dan Rasulullah saw. ikut berdiri untuk
mengantarkanku. Tempat tinggal Shafiyah adalah di rumah Usamah bin Zaid.
Tiba-tiba lewat dua orang Ansar. Tatkala mereka melihat Nabi saw. mereka
mempercepat jalan mereka lalu Nabi saw. berseru: Tunggulah! Dia adalah Shafiyah
binti Huyaiy. Mereka berdua segera menyahut: Maha suci Allah, ya Rasulullah!
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya setan itu berada di dalam aliran darah
tubuh manusia dan aku khawatir akan menimbulkan prasangka buruk di hati kalian
atau mengatakan sesuatu. (Shahih Muslim No.4041)
8. Orang yang
datang ke suatu majlis dan menemukan tempat kosong, dia boleh duduk di sana,
bila tidak maka hendaklah dia duduk di belakang orang-orang yang sudah terlebih
dahulu hadir
-
Hadis riwayat Abu
Waqid Al-Laitsi ra.:
Bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk di mesjid
bersama para sahabat, tiba-tiba muncullah tiga orang. Yang dua orang datang
menghampiri Rasulullah saw. sedangkan yang satu lagi berlalu pergi. Ia berkata:
Kemudian keduanya berdiri di hadapan Rasulullah saw. lalu yang satu melihat
tempat kosong di antara lingkaran orang maka duduklah ia di sana. Adapun yang
seorang lagi duduk di belakang mereka. Sementara itu orang yang ketiga, telah
pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda: Tidak inginkah kalian
aku beritahukan tentang ketiga orang tadi? Seorang di antara mereka telah
berlindung kepada Allah, maka Allah memberikan perlindungan kepadanya. Sedangkan
yang lain malu, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun orang yang ketiga ia telah
berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. (Shahih Muslim
No.4042)
9. Haram
mengusir orang dari tempat duduknya untuk diambil alih
10. Larangan
bagi lelaki banci (waria) masuk menemui wanita lain
-
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra.:
Bahwa seorang lelaki banci berada di rumah (rumah Ummu Salamah)
ketika Rasulullah saw. sedang di rumah. Orang itu berkata kepada saudara Ummu
Salamah: Hai Abdullah bin Abu Umayah! Jika Allah menolong kalian menaklukan
Thaif besok, maka akan kutunjukkan kepadamu anak perempuan Ghailan. Dia
menghadap dengan empat lipatan perut dan mundur dengan delapan lipatan perut
(sangat gemuk). Ketika Rasulullah saw. mendengar ucapan itu, beliau bersabda:
Janganlah mereka itu masuk ke tempat kalian. (Shahih Muslim
No.4048)
11. Boleh
memboncengkan wanita lain yang kepayahan di jalan
-
Hadis riwayat Asma
binti Abu Bakar ra., ia berkata:
Zubair mengawiniku sedangkan ia tidak
memiliki harta atau hamba sahaya atau apapun kecuali kudanya. Akulah yang
memberi makan kudanya, mencukupi bahan makanannya, mengurusnya, menumbukkan biji
bagi hewan penyiramnya, memberinya makan, memberi minum, menjahitkan timbanya
dan membuatkan adonan rotinya. Tetapi, aku tidak pandai membuat roti karena itu
wanita Ansar tetanggakulah yang membuatkan roti untukku. Mereka adalah para
wanita yang jujur. Ia berkata: Aku biasa memindahkan biji kurma dari tanah
Zubair yang diberikan Rasulullah saw. dengan memanggulnya di atas kepalaku yang
berjarak kira-kira duapertiga farsakh (1 farsakh = 3 mil). Ia berkata lagi:
Suatu hari aku datang membawa biji kurma di atas kepalaku lalu bertemu dengan
Rasulullah saw. beserta beberapa orang sahabat. Beliau memanggilku, kemudian
mengucap: Ikh, ikh (ucapan untuk menderumkan untanya). Beliau bermaksud
memboncengku di belakangnya. Asma berkata: Aku merasa malu dan aku tahu
kecemburuanmu. Zubair berkata: Demi Allah! Engkau memanggul biji kurma di atas
kepala adalah lebih berat daripada engkau menunggang bersama beliau. Ia berkata:
Sampai Abu Bakar ra. mengirimkan seorang pembantu yang mengambil alih pengurusan
kuda, seakan-akan ia telah membebaskanku. (Shahih Muslim No.4050)
12. Haram dua
orang berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ketiga dengan tidak mendapatkan
ridhanya
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila terdapat tiga orang, maka
janganlah dua orang (di antara mereka) berbisik-bisik tanpa menyertakan yang
lain. (Shahih Muslim No.4052)
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila kalian
bertiga orang, maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa menyertakan seorang
yang lain sehingga kamu dapat bergaul dengan manusia, karena dapat membuatnya
sedih. (Shahih Muslim No.4053)
13. Berobat,
sakit dan menjampi
14.
Sihir
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Seorang Yahudi Bani Zuraiq yang bernama Labied bin
Al-A`sham pernah menyihir Rasulullah saw. Ia berkata: Sehingga Rasulullah saw.
membayangkan seolah-olah melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya.
Sampai pada suatu hari atau suatu malam, Rasulullah saw. berdoa dan terus
berdoa, kemudian berkata: Hai Aisyah, apakah engkau merasa bahwa Allah memberiku
petunjuk mengenai apa yang aku tanyakan kepada-Nya? Dua malaikat telah datang
kepadaku. Salah satu di antaranya duduk di samping kepalaku, sedangkan yang lain
di dekat kakiku. Malaikat yang berada di samping kepalaku berkata kepada
malaikat yang berada di dekat kakiku atau sebaliknya: Sakit apa orang ini? Yang
ditanya menjawab: Tersihir. Yang satu bertanya lagi: Siapakah yang menyihirnya?
Yang lain menjawab: Labied bin Al-A`sham. Yang satunya bertanya: Di mana sihir
itu ditempatkan? Yang lain menjawab: Pada sisir dan rontokan rambut yang berada
di sisir itu serta kantong mayang kurma jantan. Yang satu bertanya: Di mana
benda itu diletakkan? Yang lain menjawab: Di dalam sumur Dzu Arwan. Aisyah
melanjutkan: Lalu Rasulullah saw. datang ke sumur itu bersama beberapa orang
sahabat beliau kemudian beliau bersabda: Hai Aisyah, demi Allah, air sumur itu
laksana perasan inai (yakni berwarna kuning kemerah-merahan), sedangkan pohon
kurma yang ada di sana bagaikan kepala-kepala setan. Aku (Aisyah) bertanya: Ya
Rasulullah, apakah engkau tidak membakar saja benda itu? Rasulullah saw.
menjawab: Tidak. Mengenai diriku, Allah telah berkenan menyembuhkanku. Dan aku
tidak suka membuat masyarakat menjadi resah. Karena itu, aku menyuruh
memendamnya. (Shahih Muslim No.4059)
15.
Racun
-
Hadis riwayat Anas
ra.:
Bahwa seorang perempuan Yahudi datang kepada Rasulullah saw. dengan
membawa hidangan daging kambing yang telah diracuni kemudian Rasulullah saw.
memakan sebagiannya. Lalu perempuan itu dihadapkan kepada Rasulullah saw. dan
ditanyakan tentang perbuatannya tersebut, dia menjawab: Aku memang bermaksud
hendak membunuhmu. Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memberikan
kekuasaan kepadamu untuk melakukan hal itu. Menurut satu riwayat, ada tambahan
kalimat terhadapku. Para sahabat bertanya: Bolehkah kami membunuh perempuan ini?
Rasulullah saw. bersabda: Jangan! Anas berkata: Aku masih tetap mengenalinya
(wanita itu) karena hendak mencelakakan Rasulullah saw. tersebut. (Shahih Muslim
No.4060)
16. Anjuran
menjampi orang sakit
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Biasanya apabila ada seorang di antara kami
menderita sakit, Rasulullah saw. mengusapnya dengan tangan kanan beliau,
kemudian beliau berdoa: Hilangkanlah penyakitnya, wahai Tuhan manusia! Berilah
kesembuhan karena Engkaulah Penyembuh (segala penyakit). Tiada kesembuhan
kecuali kesembuhan-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit. Ketika
Rasulullah saw. menderita sakit dan semakin parah, aku pegang tangan beliau
untuk melakukan seperti yang biasa beliau lakukan. Namun beliau menarik tangan
beliau dari tanganku kemudian berdoa: "Ya Allah! Ampunilah aku dan jadikanlah
aku bersama Rafiq A`la (Tuhan)." Aku bergegas untuk melihat, ternyata beliau
telah wafat. (Shahih Muslim No.4061)
17. Menjampi
orang sakit dengan bacaan jampi yang disyariatkan dan dengan
meniupkannya
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Apabila ada salah seorang anggota keluarga beliau
yang sakit, beliau meniupkan kepadanya dengan membacakan "muawwizat". Ketika
beliau menderita sakit yang menyebabkan beliau wafat, aku juga meniupkan kepada
beliau dan mengusapkan dengan tangan beliau sendiri. Karena tangan beliau tentu
lebih besar berkahnya daripada tanganku. (Shahih Muslim No.4065)
18. Diizinkan
menjampi sakit mata, luka di lambung, terkena racun dan sakit akibat dihipnotis
orang
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. memberikan keringanan kepada satu
keluarga dari golongan Ansar untuk menjampi dari sesuatu yang beracun. (Shahih
Muslim No.4067)
-
Hadis riwayat
Aisyah ra.:
Rasulullah saw. biasanya bila ada seseorang yang mengeluh sakit
atau terkena luka, Nabi saw. berdoa sambil jari tangannya seperti ini, lalu
Sufyan meletakkan jari telunjuknya ke tanah dan mengangkatnya kembali
(mencontohkan perbuatan Nabi): "Dengan nama Allah, debu tanah kami dan dengan
ludah sebagian kami semoga orang yang sakit di antara kami dapat sembuh dengan
seizin Tuhan kami". (Shahih Muslim No.4069)
-
Hadis riwayat
Aisyah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah menyuruhnya untuk meminta
dijampikan dari pandangan mata yang hasut. (Shahih Muslim No.4070)
-
Hadis riwayat Ummu
Salamah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah berkata tentang budak perempuan
yang berada di rumah Ummu Salamah ra., istri Nabi saw. yang di wajahnya beliau
lihat terdapat bercak hitam sisa perubahan warna kulit lalu bersabda: Dia
terkena penyakit karena pandangan mata hasut maka mintakanlah bacaan jampi
baginya. Beliau bermaksud agar kulit wajahnya kuning kembali. (Shahih Muslim
No.4074)
19. Boleh
mengambil bayaran atas jampian dengan Alquran dan bacaan zikir
-
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra.:
Bahwa beberapa orang di antara sahabat Rasulullah saw.
sedang berada dalam perjalanan melewati salah satu dari perkampungan Arab.
Mereka berharap dapat menjadi tamu penduduk kampung tersebut. Namun ternyata
penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka. Tetapi ada yang menanyakan:
Apakah di antara kalian ada yang dapat menjampi? Karena kepala kampung terkena
sengatan atau terluka. Seorang dari para sahabat itu menjawab: Ya, ada. Orang
itu lalu mendatangi kepala kampung dan menjampinya dengan surat Al-Fatihah.
Ternyata kepala kampung itu sembuh dan diberikanlah kepadanya beberapa ekor
kambing. Sahabat itu menolak untuk menerimanya dan berkata: Aku akan
menanyakannya dahulu kepada kepada Nabi saw. Dia pun pulang menemui Nabi saw.
dan menuturkan peristiwa tersebut. Dia berkata: Ya Rasulullah! Demi Allah, aku
hanya menjampi dengan surat Al-Fatihah. Mendengar penuturan itu: Rasulullah saw.
tersenyum dan bersabda: Tahukah engkau bahwa Al-Fatihah itu merupakan jampi?
Kemudian beliau melanjutkan: Ambillah imbalan dari mereka dan sisihkan bagianku
bersama kalian. (Shahih Muslim No.4080)
20. Setiap
penyakit ada obatnya dan anjuran untuk berobat
-
Hadis riwayat Jabir
bin Abdullah ra.:
Dari Ashim bin Umar bin Qatadah bahwa Jabir bin Abdullah
menjenguk Muqanna`, kemudian berkata: Aku tidak akan pulang sebelum engkau mau
berbekam sebab saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya di
dalam berbekam itu terdapat pengobatan. (Shahih Muslim No.4085)
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Panas demam itu berasal dari
didihan api neraka Jahanam. Karena itu dinginkanlah derajat panasnya dengan
air!. (Shahih Muslim No.4093)
-
Hadis riwayat Asma
ra.:
Bahwa ia pernah didatangkan seorang perempuan gelisah yang menderita
demam lalu ia meminta diambilkan air untuk disiramkan ke dalam kerah baju
perempuan itu dan berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda:
Turunkanlah panas demam itu dengan air. Beliau juga bersabda: Sesungguhnya
panasnya itu berasal dari didihan api neraka Jahanam. (Shahih Muslim
No.4098)
-
Hadis riwayat Rafi`
bin Khadij ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya panas demam itu adalah panas yang berasal dari api neraka Jahanam.
Karena itu dinginkanlah panas itu dengan air. (Shahih Muslim
No.4099)
21. Makruh
berobat dengan ladud (obat yang diletakkan pada salah satu sisi mulut
seseorang)
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Kami memberikan ladud kepada Rasulullah saw. ketika
beliau sakit. Lalu beliau memberi isyarat janganlah kamu mengobati dengan cara
meladudiku. Kemudian di dalam hati kami berkata itu merupakan ketidaksukaan
orang sakit terhadap obat. Tatkala sadar, beliau bersabda: Setiap orang dari
kalian pasti pernah diobati dengan cara ladud kecuali Abbas ra. karena dia tidak
sempat menyaksikan kalian. (Shahih Muslim No.4101)
22. Berobat
dengan jintan hitam
23. Bubur
talbinah itu dapat menguatkan hati orang yang sakit
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw.:
Bahwa apabila salah seorang anggota keluarganya
meninggal dunia maka berkumpullah para wanita kemudian mereka berpisah lagi
kecuali keluarga dan kerabat dekatnya lalu ia menyuruh diambilkan seperiuk sup
terigu kemudian dimasak untuk dijadikan bubur talbinah tersebut lalu dituangkan
ke atas periuk tadi, ia pun berkata: Makanlah bubur ini! Sesungguhnya, aku
pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Bubur Talbinah itu dapat menyegarkan
hati orang yang sakit dan dapat mengurangi sebagian rasa sedih. (Shahih Muslim
No.4106)
24. Berobat
dengan cara meminum madu
-
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ada seorang lelaki datang kepada Nabi saw.
lalu berkata: Saudaraku merasa mual-mual perutnya. Rasulullah saw. bersabda:
Minumkanlah madu! Setelah orang itu memberi minum madu kepada saudaranya, dia
datang lagi kepada Nabi saw. dan melapor: Aku telah meminumkannya madu tetapi
dia malah bertambah mulas. Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Pada kali
yang keempat Rasulullah saw. tetap bersabda: Minumkanlah madu! Orang itupun
masih saja melapor: Aku benar-benar telah meminumkannya madu tetapi dia malah
bertambah mulas, maka Rasulullah saw. bersabda: Maha benar Allah (dalam
firman-Nya, surat An-Nahl ayat 69) dan ada yang tidak beres dengan perut
saudaramu itu. Akhirnya Rasulullah saw. sendiri yang meminumkannya madu dan
saudara orang itupun sembuh. (Shahih Muslim No.4107)
25. Wabah
penyakit, pesimisme, perdukunan dan sebagainya
-
Hadis riwayat
Usamah bin Zaid ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sampar itu siksa
yang dikirimkan kepada Bani Israel atau orang-orang yang hidup sebelum kalian.
Apa bila kalian mendengar adanya sampar itu di suatu daerah, maka janganlah
kalian datang ke sana. Dan kalau sampar itu berjangkit di suatu daerah,
sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar untuk melarikan
diri darinya. (Shahih Muslim No.4108)
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Abbas ra.:
Bahwa Umar bin Khathab pergi ke Syam dan ketika
telah tiba di sebuah dusun bernama Sarghi, beliau bertemu dengan penduduk Syam
yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah ra. dan para pengikutnya. Mereka memberitahukan
bahwa telah berjangkit di Syam suatu wabah penyakit. Ibnu Abbas ra. berkata:
Maka Umar berkata: Coba panggilkan sahabat muhajirin yang pertama. Maka aku
panggil mereka lantas beliau meminta saran mereka dan memberitahukan kepada
mereka bahwa wabah telah berjangkit di Syam. Ternyata mereka berselisih pendapat
menanggapi berita itu. Sebagian di antara mereka berkata: Engkau pergi untuk
suatu urusan besar dan kami tidak setuju jika engkau kembali. Sedangkan sebagian
yang lain berkata: Bersama engkau masih banyak rakyat dan para sahabat dan kami
tidak setuju bila engkau mengajak mereka menuju ke wabah tersebut. Umar berkata:
Tinggalkan aku dan tolong panggilkan sahabat Ansar! Aku pun memanggil mereka.
Ketika dimintai pertimbangan, mereka juga bersikap dan berbeda pendapat seperti
halnya orang-orang Muhajirin. Umar berkata: Tinggalkan aku! Lalu ia berkata
lagi: Tolong panggilkan sesepuh Quraisy yang dahulu hijrah pada waktu penaklukan
dan sekarang berada di sini. Aku memanggil mereka. Ternyata mereka saling
bersepakat dan berkata: Menurut kami sebaiknya engkau kembali bersama
orang-orang dan tidak mengajak mereka mendatangi wabah ini. Umar lalu berseru di
tengah-tengah orang banyak: Aku akan mengendarai tungganganku untuk pulang esok
pagi. Lalu mereka pun mengikutinya. Abu Ubaidah bin Jarrah ra. bertanya: Apakah
untuk menghindari takdir Allah? Umar menjawab: Kalau saja bukan engkau yang
mengatakan itu, hai Abu Ubaidah! Umar memang tidak suka berselisih dengan Abu
Ubaidah. Ya, kita lari dari satu takdir Allah ke takdir Allah yang lain. Apa
pendapatmu seandainya engkau mempunyai seekor unta yang turun di suatu lembah
yang memiliki dua lereng, yang satu subur dan yang satu lagi tandus, apakah jika
engkau menggembalakannya di tempat yang subur itu bukan berarti engkau
menggembalakanya karena takdir Allah? Begitu pun sebaliknya, kalau engkau
menggembalakannya di tempat yang tandus, bukankah engkau menggembalakanya karena
takdir Allah juga? Lalu datanglah Abdurrahman bin Auf yang absen karena suatu
keperluannya lalu berkata: Sungguh aku mempunyai pengetahuan tentang masalah
ini, aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Apabila kalian mendengar ada
suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya,
kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana,
maka janganlah kalian keluar melarikan diri daripadanya. Ibnu Abbas berkata:
Mendengar itu Umar bin Khathab memuji Allah kemudian pergi berlalu. (Shahih
Muslim No.4114)
26. Tidak ada
penularan tanpa kehendak Allah, tidak ada nasib sial, tidak ada reinkarnasi
sebagai burung, tidak ada kematian karena cacing perut, tidak ada bintang
tertentu yang dapat menurunkan hujan, tidak benar hantu itu dapat menjelma ke
berbagai rupa dan menyesatkan manusia, dan juga tidak benar orang dapat
memindahkan penyakit unta
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada (kepercayaan)
penularan tanpa kehendak Allah, tidak benar kematian karena cacing perut dan
tidak benar reinkarnasi menjadi burung. Lalu seorang arab badui bertanya: Ya
Rasulullah! Lalu bagaimana dengan unta yang berada di padang penggembalaan yang
semula bagaikan kijang kemudian didatangi oleh unta berkudis dan setelah
bergabung, maka semua unta menjadi ketularan berkudis? Rasulullah saw. bersabda:
Lalu yang manakah yang menularkan pertama kali. (Shahih Muslim
No.4116)
27. Tanda
kenahasan dan optimisme dan perkara yang menimbulkan pesimisme
-
Hadis riwayat Anas
ra.:
Bahwa Nabi saw. bersabda: Tidak ada penularan (tanpa kehendak Allah)
dan tidak ada tanda kenahasan dan yang membuatku terkagum adalah optimisme yaitu
kalimat yang baik, kalimat yang bagus. (Shahih Muslim No.4123)
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kenahasan itu ada
pada rumah, pada perempuan dan pada kuda (kendaraan). (Shahih Muslim
No.4127)
-
Hadis riwayat Sahal
bin Saad ra. dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Kalau memang kesialan
itu ada, maka ia ada pada perempuan, pada kuda (kendaraan) dan pada tempat
tinggal. (Shahih Muslim No.4131)
28. Pengharaman
pedukunan dan mendatangi seorang dukun
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya beberapa
dukun pernah menceritakan sesuatu kepada kami dan kami mendapati apa yang mereka
ceritakan itu benar. Rasulullah saw. bersabda: Itu adalah kalimat benar yang
disambar oleh jin lalu dengan cepat dilemparkan ke telinga walinya tetapi di
dalamnya sudah dia tambahi dengan seratus kedustaan. (Shahih Muslim
No.4134)
29. Membunuh
ular dan lainnya
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. menyuruh untuk membunuh ular
berbelang dua karena binatang tersebut dapat membutakan mata dan mencelakakan
kandungan. (Shahih Muslim No.4139)
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.:
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Bunuhlah ular-ular berbisa,
ular-ular berbelang dua dan ular yang ekornya terputus karena keduanya dapat
menggugurkan kandungan dan membutakan mata. (Shahih Muslim No.4140)
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Kami pernah bersama Nabi saw. di dalam
sebuah gua dan ketika telah diturunkan kepada beliau surat Al-Mursalat di mana
kami langsung hafalnya dari mulut beliau yang masih basah tiba-tiba muncullah
seekor ular sehingga bersabdalah beliau: Bunuhlah ular itu! Kami segera berlomba
untuk membunuhnya namun ular tersebut telah mendahului kami berlalu menghilang.
Rasulullah saw. kemudian bersabda: Rupanya Allah telah melindunginya dari
kejahatan kamu sebagaimana Allah pun telah melindungi kamu dari kejahatannya.
(Shahih Muslim No.4148)
30. Anjuran
membunuh cecak
-
Hadis riwayat Ummu
Syarik ra.:
Bahwa Nabi saw. menyuruhnya untuk membunuh cecak. Dan dalam
hadis Ibnu Abu Syaibah: Dia menyuruh. (Shahih Muslim No.4152)
-
Hadis riwayat
Aisyah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. menamakan binatang cecak dengan sebutan
fuwaisik. (Shahih Muslim No.4155)
31. Larangan
membunuh semut
32. Haram
membunuh kucing
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita
disiksa karena mengurung seekor kucing sampai mati. Kemudian wanita itu masuk
neraka karenanya, yaitu karena ketika mengurungnya ia tidak memberinya makan dan
tidak pula memberinya minum sebagaimana ia tidak juga melepasnya mencari makan
dari serangga-serangga tanah. (Shahih Muslim No.4160)
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita disiksa karena
seekor kucing yang tidak diberi makan dan minum serta tidak pula ia melepasnya
mencari makanan dari serangga-serangga tanah. (Shahih Muslim
No.4161)
33. Keutamaan
memberi makan dan minum kepada binatang ternak yang mulia
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tatkala seorang lelaki sedang
berjalan pada sebuah jalan terasalah olehnya dahaga yang sangat. Lalu ia
mendapati sebuah sumur dan bersegeralah ia meneruninya untuk minum. Ketika
keluar, tiba-tiba dia melihat seekor anjing menjulurkan lidah sambil
menjilat-jilati debu karena sangat haus. Lelaki itu berkata: Anjing ini sedang
kehausan seperti aku tadi lalu turunlah dia kembali ke dalam sumur untuk
memenuhi sepatu kulitnya dengan air lalu digigit agar dapat naik kembali.
Kemudian ia meminumkan air itu kepada anjing tersebut. Allah berterima kasih
kepadanya lalu mengampuninya. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah
kami akan mendapatkan pahala karena binatang-binatang seperti ini? Rasulullah
saw. menjawab: Pada setiap yang bernyawa (mahluk hidup) ada pahalanya. (Shahih
Muslim No.4162)
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.:
Dari Nabi saw. bahwa pada suatu hari yang sangat panas seorang
wanita pelacur melihat seekor anjing sedang mengelilingi sebuah sumur sambil
menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia kemudian melepas sepatu kulitnya (untuk
mengambil air sumur yang akan diminumkan kepada anjing), lalu wanita itu
diampuni dosanya. (Shahih Muslim No.4163)