Hosting Unlimited Indonesia
Showing posts with label Pribadi Rasulullah Saw. Show all posts
Showing posts with label Pribadi Rasulullah Saw. Show all posts

Mengapa Rasulullah SAW Berpoligami?

Ramai di kalangan umat Islam malahan di kalangan org kafir terutamanya sentiasa memperolok-olokkan poligami Rasulullah SAW. Sesungguhnya segala apa yang Rasulullah SAW perbuat adalah berdsarkan wahyu Allah dan kewajibannya sebagai pemimpin dunia Islam. Tuduhan dan cemuhan yangdilemparkan oleh kaum kuffar kepada kemuliaan Baginda nabi SAW haruslah deperjelaskan sejelas-jelasnya agar muka dan hati mereka berubah menjadi biru, merah dan hijau kerana tersentap akibat kebiadapan mereka kepada utusan Allah. Marilah kita selusuri sebab dan akibat akan topik yang penulis bincangkan ini berdasarkan rujukan penulis kepada kristolog.com.
Salah satu tuduhan keji yang sering dilontarkan oleh kaum kuffar adalah terkait pernikahan Nabi Muhammad dan Poligami beliau SAW. Mereka menganggap bahwa Nabi Muhammad melakukan poligami untuk kesenangan semata-mata bahkan lebih keji lagi mereka menuduh bahwa semua itu dilakukan untuk memuaskan nafsu. Sungguh ini tuduhan yang sangat sangat keji sekali. Mereka
mengomentari sesuatu yang belum ia ketahui permasalahannya. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pernikahan dan Poligami yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

1. Khadijah Binti Khuwalid r.a
Khadijah Binti Khuwalid r.a adalah seorang Janda dari bani Asad, yang berprofensi sebagai pedagang yang kaya dan dihormati. Ia biasa mengupah orang Quraisy untuk memperdagangkan hartanya. Mendengar tentang sifat­ sifat Nabi Muhammad SAW, Khadijah pun menawari beliau bekerja, dan sejak saat itu Nabi memperdagangkan harta Khadijah ke Siria (Syam), disertai oleh Maisara, budak Khadijah. Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata beliau mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Pada saat beliau berumur dua puluh lima tahun, setelah perjalanan dagang ini Khadijah menawari Nabi Muhammad untuk menikah dengannya – Beberapa pemuka Quraisy pernah melamarnya, tetapi ditolaknya. la yakin mereka itu melamar hanya karena memandang hartanya-. Dan beliau menerima tawaran tersebut.
Hingga mencapai usia 50 tahun, Siti khadijah merupakan istri beliau satu satunya , artinya Selama 25 tahun Rasulullah SAW menghayati sebagian besar masa mudanya dengan hidup bersama seorang istri saja yakni Khadijah Binti Khuwalid. Rasulullah Berpoligami masa lima tahun Rasulullah SAW hidup berpoligami adalah masa perjuangan mempertaruhkan hidup mati demi kebenaran islam dan kesentosaan kaum muslimin. Madinah tempat beliau hijrah bertubi tubi dirong rong dan diincar serta berulangkali nyaris diserbu oleh kaum Musrikin yang hendak menghancurkan islam dan kaum muslimin. Belum lagi menghadapi kaum Yahudi dan kaum munafik. Tidak sedikit jumlah sahabat yang gugur, satu demi satu dibunuh musuh secara gelap. Apakah dalam keadaan itu beliau sempat menikmati keadaan santai dan bersenang senang dengan istri istrinya? Belum lagi kita bicara tentang ibadah beliau yang siang malam selalu menghadapkan diri kepada Allah SWT. Bahkan menurut hadis, Rasulullah menghabiskan separoh malam, bahkan lebih untuk menunaikan shalat dan membaca Alquran hingga kaki beliau bengkak. Apakah seorang Nabi yang tiap malam menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan cara demikian berpoligami dengan maksud bersenang senang?

2. Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a
Setelah Khadijah wafat tak lama kemudian menusul Abu Thalib, paman beliau wafat. Padahal dialah seorang yang melindungi Nabi Muhammad SAW dari gangguan kaum musrikin. Keadaan ini pasti membuat sedih hati Rasulullah SAW, melihat hal itu sahabat Abu Bakar r.a meminta agar Beliau mau menikah dengan anaknya yang bernama Siti Aisyah . Karna kecintaan beliau pada sahabatnya sahabatnya yang paling setia ini, akhirnya Rasulullah menyetujui permintaannya, yaikni menikahi anaknya Siti Aisyah. Yang perlu digaris bawahi disini adalah pernikahan tersebut bukan atas kehendak Nabi Muhammad, akan tetapi atas permintaan ayah Siti Aisyah sendiri yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a , dari sini saja kita dapat mematahkan pendapat yang beredar bahwa nabi Muhammad adalah seorang pedofilia, karna tidak mungkin seorang ayah meminta orang lain untuk menikahi anaknya yang belum siap untuk menikah. Artinya saat itu Aisyah memang sudah siap untuk menikah dan menjalin rumah tangga hal ini terbukti sebelum Rosulullah meminang Siti Aisyah, Abu Bakar mengalami dilema antara menikahkan putrinya dengan seorang kafir atau mengingkari janjinya kepada Muth’im bin Ady orang tua dari pemuda kafir tersebut yang telah dijanjikan untuk menikahi putrinya. Sungguh beruntung bahwa yang terjadi justru istri Muth’im bin `Ady tidak menghendaki anaknya menikahi Aisyah karena tidak menginginkan anaknya menjadi Islam.

3. Siti Saudah binti Zam’ah r.a
Beliau adalah seorang Janda yang berbadan gemuk (-tanpa bermaksud mengecilkan penampilan fisik istri seorang Nabi ini) dan sudah tua bahkan mendekati menopause, suaminya adalah Sakran bin Amr yang gugur dalam medan perang, sehingga Siti saudah kehilangan seorang pelindung yang menjamin kehidupannya sehari hari, hal ini mendorong Nabi Muhammad SAW untuk menikahinya karna rasa kemanusiaan dan pernghargaan terhadap suaminya yang gugur membela Agama islam Karena usianya sudah tua, Siti Saudah menyerahkan gilirannya kepada siti Aisyah r.a. Lantas apakah pernikahan Rasululah dengan Siti Saudah Binti Zama’ah r.a yang sudah tua ini menunjukkan bahwa Rosulullah berpoligami untuk mencari kesenangan semata seperti yang
dituduhkan oleh orang kuffar???

4. Siti Hafshah bnti Ibnul Khattab r.a.
Ia adalah puti sahabat Nabi, Umar Ibnu Khattab r.a, yang menadi janda setelah swaminya Al Hudzafah As Syahmy wafat akibat luka parah yang dideritanya saat perang badar. Pada mulanya Umar Ibnul Khattab r.a meminta kepada Abu Bakar Ash Siddiq r.a untuk bersedia menikahi putinya yang sudah menjanda itu, akan tetapi dengan iba hati Abu Bakar tidak dapat memenuhi  keinginan Umar. Kemudian Umar meminta kepada Usman Bin Affan r.a untuk menikahi putrinya, tetapi Utsman r.a juga tidak dapat memenuhi keinginan Umar. Dikalangan masyarakat Arab, terutama masa itu, mempunyai seorang anak perempuan terlambat nikah atau menjadi janda dalam waktu lama dipandang sebagai hal yang memalukan dan menghawatirkan, betapa resah perasaan Umar menghadpi kenyataan pahit itu.
Kemudian Umar mengadu kepada Rasulullah, dan beliau menjawab: “Hafshah akan menikah dengan yang lebih baik dari Utsman, dan Utsman akan menikah dengan yang lebih baik dari Hafshah”. Umar tidak pernah menyangka bahwa Rasulullah akan menikahi putrinya, hingga ia bersorak kegirangan mengumumkan kepada para sahabatnya, yang kemudian disambut oleh Abu Bakar juga Utsman. Dan seperti dikatakan oleh Nabi, maka Utsman akhirnya menikah dengan putri beliau; Umi Kultsum. Salah satu hikmah dari pernikahan ini adalah semakin dekatnya hubungan Rasulullah dengan sahabatnya Umar Ibnu Khattab, karna dari 4 sahabat nabi yang terkemuka, hanya Umar yang belum mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad SAW, sehingga tidak
heran jika kesediaan Nabi menikahi Putri tersayang sudah menjadi disambut gembira oleh Umar Ibnu Khattab.

5. Zainab Binti Khuazimah r.a.
Ia adalah seorang janda dua kali, pertama beliau menikah dengan Thufail bin Harits, setelah diceraikan swaminya ia menikah dengan ‘Ubaidah bin Al Harits yang meninggal saat perang badar. Kemudian Rosulullah menikahainya. Dalam kaum muslimin Zainab Binti Khuazimah dikenal dengan sebutan (ummul Masaakiin) karna kedekatannya dengan orang orang miskin. Jika Rasulullah berpoligami hanya untuk mencari kesenangan, lantas mengapa Rasulullah memilih seorang yang janda? Bahkan janda dua kali?



6. Ummu Salamah r.a
Nama aslinya Hindun binti Umayyah bin al-Mughirah, sebelum menadi istri Rasulullah SAW ia adalah istri Salamah bin Abdul ‘Asad Al Makhzumiy yang meninggal dalam perang badar. Saat Rasulullah meminangnya, ia berkata “ aku ini adalah seorang wanita yang sudah tua, mempunyai banyak anak dan mudah cemburu”. Mendengar jawaban ini Rasulullah menjawab: `Jika engkau berumur, maka aku lebih tua darimu, soal itu biarlah Allah yang menghilangkannya dari dirimu, adapun masalah tanggungan keluarga (anak-anak) serahkan kepada Allah dan Rasulnya’.
Apakah pernikahan Nabi dengan Ummu Salamah seorang janda yang sudah tua dan mempunyai anak yang banyak karna mencari kesenangan semata??? Sebagai mana tuduhan orang Kristen selama ini?? Jika memang tuduhan itu benar, mengapa Nabi tidak menikah dengan seorang yang masih muda, perawan dan belum mempunya anak?

7. Zainab binti Jahsy r.a
Nama aslinya adalah Birrah bin Jahsy. Sebelumnya ia adalah seorang istri dari Zaid bin Haritsah yang dulunya seorang budak, Setelah mereka bercerai , Allah SWT memerintahkan agar Rasulullah menikahinya sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Ahzab 37
Pada masa sebelum Islam, masyarakat Arab memandang hina wanita merdeka yang menikah dengan Pria bekas budak, Rasulullah memberi pengertian kepada umatnya bahwa kemulyaan seseorang tidak terletak pada keturunan atau kedudukan sosialnya dan tidak pula terletak pada warna kulit dan jenis kebangsaannya akan tetapi pada ketinggian tingkat ketakwaannya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS Al hujarat 13)

8. Juwariyah binti Al-Harist r.a.
Menurut Ibnu Ishaq, seorang dari sejarawan awal Muslim, Pada tahun ke 6 H. Terjadi peperangan antara kaum Muslim dengan kaun Yahudi Bani Mushthaliq. Suami Juwariah tewas dalam peperangan tersebut, Akibat peperangan ini, sebagaimana hukum peperangan yang berlaku saat itu, mereka yang kalah menjadi tawanan dan budak bagi pemenang. Diantara mereka yang tertawan adalah Juwairiyah binti al-Harits, seorang putri dari al-Harits bin Abi Dlorror pemimpin Bani Mushtholiq. Sebagai putri seorang terpandang Juwairiyah tidak rela dirinya dijadikan budak, maka ia berniat menebus kepada Tsabit bin Qois yang kebetulan saat
pembagian harta rampasan mendapat dirinya. Karena tidak memiliki harta lagi, maka ia pergi menghadap Rasulullah agar dibantu melunasi tebusan tersebut. Rasulullah yang telah mengajarkan kepada para sahabatnya agar mendidik budak dan kalau bisa memerdekakan dan menikahinya, Rasulullah memberikan contoh dengan memerdekakan Juwairiyah dan menawarkan pinangannya, ternyata Juwairiyah mengiyakan. Dengan persetujuan Juwairiyah ini maka Rasulullah menikahinya, dan dengan pernikahan tersebut para sahabat mengembalikan harta rampasan perang, sekaligus memerdekakan ± 100 keluarga. Ibnu Ishaq mengomentari:
“Saya tidak pernah melihat keberkahan seseorang atas kaumnya melebihi Juwairiyah.”

9. Shafiyyah binti Huyaiy r.a.
Shafiyyah binti Huyaiy r.a adalah seorang wanita Yahudi dari bani Nadhir dan keturunan Nabi Harun. Pada tahun ketujuh H, terjadi perang Khaibar. Pada saat penyerbuan ke benteng al- Qomush milik bani Nadlir, pemimpin benteng ini yaitu Kinanah bin Rabi’ suami Shofiyah binti Hay terbunuh. Dan istrinya juga istri-istri bani Nadlir yang lain menjadi tawanan. Dan seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah terhadap bani Mushtholiq, maka Rasulullah menikahi Shofiyah. Menurut keterangan Shofiyah sendiri, yang diceritakan oleh Ibnu Ishaq bahwa sebelum kejadian ini ia telah bermimpi melihat bulan jatuh di kamarnya. Ketika mimpi tersebut diceritakan kepada suaminya, ia malah mendapat tamparan dan dampratan, “Itu berarti engkau menginginkan raja Hijaz Muhammad”,  kata suaminya. Walaupun masih muda, usia 17 th, tapi sebelumnya Shofiyah telah menikah dua kali, dengan Salam bin Misykarn kemudian dengan Kinanah bin Rabi’.
Melalui pernikahan ini Rasulullah juga bermaksud mengurangi permusuhan dengan kaum Yahudi terhadap Islam dan kaum muslimin, bahkan beliau mengharap kesediaan orang orang Yahudi untuk memeluk agama Islam. Dari dua perkawinan di atas (Shafiyyah binti Huyaiy r.a & Juwariyah binti Al-Harist r.a ), dapat kita lihat bahwa upaya pembebasan perbudakan -akibat peperangan- lebih menonjol ketimbang masalah lainnya. Disisi lain dua pernikahan ini semakin mengokohkan kedudukan Muslim dalam rangka pembentukan komunitas bersama yang tidak saling bermusuhan. Selanjutnya, bahwa melihat usia Shofiyah yang masih 17 th dan sudah menikah dua kali, setidaknya menunjukkan bahwa selain masyarakat Arab, komunitas Yahudi yang tinggal di Khaibar juga memiliki adat mengawinkan seorang wanita sejak masih budak.

10. Ummu Habibah binti Abu Sofyan r.a.
Pada saat kedudukan kaum Muslimin di Madinah mulai menguat di jazirah Arab, Rasulullah mengirimkan utusan ke Habasyah (Etiopia) memanggil para emigran Muslim yang hijrah ke Habasyah pada masa awal kenabian (periode Makkah). Diantara para emigran tersebut terdapat Ummu Habibah yang menjadi janda karena tidak ingin berkumpul dengan suaminya yang murtad, yaitu Abdullah bin Jahsy. Ummu Habibah yang tidak memiliki tempat kembali, tidak mungkin ke keluarganya di Makkah sebab ia hijrah ke Habasyah karena masuk Islam dan lari dari keluarganya, sedang di Madinah ia tidak tahu harus ke mana. Beruntung bahwa surat Rasulullah yang memanggil mereka melalui Raja Najasyi, disertai pinangan terhadap Ummu Habibah. Pinangan tersebut bahkan diwakili oleh Najasyi sediri dan memberikan mahar sebesar 400 dirham. Adapun yang menikahkan adalah Kholid bin Sa’id bin ‘Ash. Rombongan yang dipimpin Oleh Ja’far bin Abi Thalib ini datang bersamaan dengan kepulangan Rasulullah dari perang
Khaibar.


11. Mauminah binti Al-Harist r.a
Para istri nabi -termasuk yang sebelumnya menjadi budak-, mendapat penghormatan yang tinggi dikalangan para sahabat dan umat Muslim, maka tidak mengherankan jika banyak wanita yang ingin dinikahi oleh nabi. Salah satu dari mereka adalah Maimunah yang dalam al-Qur’an disebut “Seorang wanita mu’min yang menyerahkan dirinya kepada nabi”( QS. AI-Ahzab: 50). Penawaran itu dilakukan oleh Maimunah melalui saudaranya Ummul Fadl, kemudian Ummul Fadl menyerahkan masalah ini kepada suaminya yaitu Abbas bin Abdil Muththolib (paman nabi). Maka `Abbas menikahkan Maimunah kepada Rasulullah dan memberikan mahar kepada Maimunah atas nama Nabi sebesar 400 dirham. Pernikahan ini terjadi pada akhir tahun ke 7 H tepatnya pada bulan Dzul-Qo’dah 63. Selain Maimunah masih banyak wanita lain yang ingin dinikahi oleh Nabi, tapi beliau menolak. Jika dilihat dari seluruh pernikahan nabi seperti yang telah kita bahas, maka penolakan nabi tersebut agaknya lebih dilandaskan pada sisi kemanfaatan dan kemaslahatan, baik bagi umat maupun bagi wanita itu sendiri. Hal ini sekaligus menampik tuduhan bahwa perkawinan Rasulullah dilandaskan pada kepentingan pemuasan seksual.

Ulasan:
Mari kita renungkan bersama jika memang Rasulullah berpoligami untuk mencari kesenangan, Mengapa Rasulullah baru berpoligami saat sudah menginjak usia lanjut? Mengapa tidak saat muda beliau berpoligami? Mengapa yang dipoligami semuanya Janda (hanya Aisyah yang bukan) dan rata rata berusia sudah tua? Mengapa tidak yang masih gadis saja? Mengapa Rasulullah banyak menghabiskan malamnya untuk beribadah kepada AllahSWT, sekian lamanya hingga kakinya bengkak? Jadi, disimpulakan di sini tuduhan kaum kuffar yang menghina Nabi SAW adalah tidak berasas. Malahan kita boleh pula bertanya soalan lagi kepada mereka, jika benar mereka itu setia kepada seorang isteri sahja, mengapa kebanyakan kaum kuffar melakukan ‘hubungan’ atau skandal di luar rumah? Itu tidak ditanya lagi masalah akhlak dan sosial mereka di belakang suami dan isteri masing2. Dan tidak terkecuali juga org Islam sendiri melakukan apa yang org kafir ini buat kerana menentang poligami. Inilah sebab musababnya mengapa poligami diharuskan di dalam Islam. Bukan sekadar keinginan nafsu semata-mata , namun sebab musabab yang menjurus kepada tuntutan agama. Apa pun, yang paling penting, lelaki itu mestilah “MAMPU” lahir dan batinnya serta ada sebab yang ‘konkrit’ untuk berpoligami.

Subscribe via email